Dalam sebuah kitab Imam al-Ghazali disebutkan peristiwa Iblis sebelum
dilaknat oleh Allah. Cerita tentang kesombongan, tentang takabur,
tentang selalu berbangga diri pun, adalah sebuah kisah yang lebih tua
dibanding penciptaan manusia.
Ia hadir dan berawal ketika manusia masih dalam perencanaan penciptaan.
Karena hanya para malaikat makhluk yang diciptakan sebelum manusia,
kesombongan sejatinya berhulu dari malaikat.
Adalah AZAZIL, termasuk dari golongan yang didekatkan, yang
dikenal penduduk surga karena doanya mudah dikabulkan oleh Allah.
Karena selalu dikabulkan oleh Allah, bahkan para malaikat pernah
memintanya untuk mendoakan agar mereka tidak tertimpa laknat Allah.
Tersebutlah suatu ketika saat berkeliling di surga, malaikat Israfil
mendapati sebuah tulisan "Seorang hamba Allah yang telah lama mengabdi
akan mendapat laknat dengan sebab menolak perintah Allah."
Tulisan yang tertera di salah satu pintu syurga itu, tak pelak membuat
Israfil menangis. Ia takut, itu adalah dirinya. Beberapa malaikat lain
juga menangis dan punya ketakutan yang sama seperti Israfil, setelah
mendengar kabar perihal tulisan di pintu surga itu dari Israfil. Mereka
lalu sepakat mendatangi Azazil dan meminta didoakan agar tidak tertimpa
laknat dari Allah. Setelah mendengar penjelasan dari Israfil dan para
malaikat yang lain, Azazil lalu memanjatkan doa. "Ya Allah. Janganlah
Engkau murka atas mereka."
Di luar doanya yang mustajab, Azazil dikenal juga sebagai Sayidul
Malaikat alias penghulu para malaikat dan Khazinul Jannah (bendaharawan
surga). Semua lapis langit dan para penghuninya, menjuluki Azazil
dengan sebutan penuh kemuliaan meski berbeda-beda.
Pada langit lapis pertama , ia berjuluk Aabid, ahli ibadah yang mengabdi luar biasa kepada Allah pada langit lapis pertama,
Di langit lapis kedua, julukan pada Azazil adalah Raki atau ahli ruku kepada Allah,
Di langit lapis ke tiga, ia berjuluk Saajid atau ahli sujud,
Di langit ke empat ia dijuluki Khaasyi karena selalu merendah dan takluk kepada Allah,
Di langit lapis kelima menyebut Azazil sebagai Qaanit Karena ketaatannya kepada Allah,
Di langit keenam Gelar Mujtahid, karena ia bersungguh-sungguh ketika beribadah kepada Allah.
Pada langit ketujuh, ia dipanggil Zaahid, karena sederhana dalam menggunakan sarana hidup.
Selama 120 ribu tahun, Azazil, si Penghulu Para Malaikat
menyandang semua gelar kehormatan dan kemuliaan, hingga tibalah ketika
para malaikat melakukan musyawarah besar atas undangan Allah. Ketika
itu, Allah, Zat pemilik kemutlakan dan semua niat, mengutarakan maksud
untuk menciptakan pemimpin di bumi.
"Sesungguhnya Aku hendak menciptakan seorang khalifah (pemimpin) di
muka bumi." begitulah firman Allah.(QS. Al Baqarah : 30) Semua malaikat
hampir serentak menjawab mendengar kehendak Allah. "Ya Allah, mengapa
Engkau hendak menjadikan khalifah di muka bumi, yang hanya akan membuat
kerusakan dan menumpahkan darah di bumi, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau." (QS. Al Baqarah :
30)
Allah menjawab kekhawatiran para malaikat dan meyakinkan bahwa,
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al
Baqarah : 30)
Allah lalu menciptakan manusia pertama yang diberi nama Adam. Kepada
para malaikat, Allah memperagakan kelebihan dan keistimewaan Adam, yang
menyebabkan para malaikat mengakui kelebihan Adam atas mereka. Lalu
Allah menyuruh semua malaikat agar bersujud kepada Adam, sebagai wujud
kepatuhan dan pengakuan atas kebesaran Allah. Seluruh malaikat pun
bersujud, kecuali Azazil.
"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat "Sujudlah
kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan
takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir" (Al
Baqarah: 34)
Berawal dari Surga Sebagai penghulu para malaikat dengan semua gelar
dan sebutan kemuliaan, Azazil merasa tak pantas bersujud pada makhluk
lain termasuk Adam karena merasa penciptaan dan statusnya yang lebih
baik. Allah melihat tingkah dan sikap Azazil, lalu bertanya sembari
memberi gelar baru baginya Iblis. "Hai Iblis, apakah yang menghalangimu
untuk bersujud kepada yang telah Kuciptakan dengan kedua tangan-Ku.
Apakah kamu menyombongkan diri (takabur) ataukah kamu merasa termasuk
orang-orang yang lebih tinggi?"
Mendengar pernyataan Allah, bukan permintaan ampun yang keluar dari
Azazil, sebaliknya ia malah menantang dan berkata (gambaran rangkuman
dari beberapa sumber (buku dan narasumber) :
Wahai Allah,
Bagaimana aku bisa sujud kepada adam sedangkan Engkau sendiri telah
membisikkan sesuatu kepadaku bahwa ini adalah bagian kehendakMu
Bagaimana bisa aku sujud kepada yang selain Engkau, Selama ini aku
dan Engkau adalah satu dan pengetahuanMu adalah pengetahuanku, dalam
keKuasaanMu
Bagaimana aku bisa sujud kepada makhluk yang akan menumpahkan darah dan permusuhan
Bagaimana aku bisa sujud kepada makhluk yang hanya sedikit saja diantara mereka yang akan Mengagungkan Engkau
Bagaimana aku bisa sujud kepada adam dan anak cucunya yang kelak
sebagian besar dari mereka akan memusuhi agama Engkau, sedangkan
pengetahuan ini adalah Engkau sendiri yang membukakannya untukku
"Ya Allah,sungguh Engkau telah ciptakan aku dari 'api yang menyala' dan
Engkau ciptakan dia dari 'tanah' maka aku tidak akan sudi sujud kepada
dia .."
"SUJUDLAH KAMU KEPADA ADAM"
"Demi KeBesaranMu ... aku tidak akan sujud kepada yang selain Engkau"
"SUJUDLAH KAMU KEPADA ADAM"
"Sungguh hanya kepadaMu saja hamba bersujud"
Mendengar jawaban Azazil yang sombong, Allah berfirman. "Keluarlah kamu
dari surga. Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang diusir".
Azazil alias Iblis, sejak itu tak lagi berhak menghuni surga.
Kesombongan dirinya, yang merasa lebih baik, lebih mulia dan sebagainya
dibanding makhluk lain telah menyebabkannya menjadi penentang Allah
yang paling nyata. Padahal Allah sungguh tak menyukai orang-orang yang
sombong. Diharamkan-Nya Surga bagi orang yang dalam hatinya ada rasa
sombong meskipun seberat biji sawi.
Bibit kesombongan dari Azazil sejatinya sudah bersemai sejak Israfil
dan para malaikat mendatanginya agar mendoakan mereka kepada Allah.
Waktu itu, ketika mendengar penjelasan Israfil, Azazil berkata, "Ya
Allah! Hamba-Mu yang manakah yang berani menentang perintah-Mu, sungguh
aku ikut mengutuknya."
Azazil lupa, dirinya adalah juga hamba Allah dan tak menyadari bahwa
kata "hamba" yang tertera pada tulisan di pintu surga, bisa menimpa
kepada siapa saja, termasuk dirinya.
Lalu, demi mendengar ketetapan Allah, Iblis bertambah nekat seraya
meminta kepada Allah agar diberi dispensasi. Katanya, "Ya Allah, beri
tangguhlah aku sampai mereka ditangguhkan."
Allah bermurah hati, dan Iblis mendapat apa yang dia minta yaitu masa
hidup panjang selama manusia masih hidup di permukaan bumi sebagai
khalifah. Dasar Iblis, Allah yang maha pemurah, masih juga ditawar. Ia
lantas bersumpah akan menyesatkan Adam dan anak cucunya, seluruhnya,
Kecuali hamba-hambaMu yang mukhlis di antara mereka. "
Maka kata Allah, "Yang benar adalah sumpah-Ku dan hanya kebenaran
itulah yang Kukatakan. Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka
jahanam dengan jenis dari golongan kamu dan orang-orang yang
mengikutimu di antara mereka semuanya."
Menular pada Manusia Korban pertama dari usaha penyesatan yang
dilakukan Iblis, tentu saja adalah Adam dan Hawa. Dengan tipu daya dan
rayuan memabukkan, Nabi Adam as. dan Siti Hawa lupa pada perintah dan
larangan Allah. Keduanya baru sadar setelah murka Allah turun.
Terlambat memang, karena itu Adam dan Hawa diusir dari surga dan
ditempatkan di bumi. Dan sukses Iblis menjadikan Adam dan Hawa sebagai
korban pertama penyesatannya, tak bisa dilihat sebagai sebuah
kebetulan. Adam dan Hawa, bagaimanapun adalah Bapak dan Ibu seluruh
manusia, awal dari semua sperma dan indung telur. Mereka berdua, karena
itu menjadi alat ukur keberhasilan atau ketidakberhasilan Iblis
menyesatkan manusia.
Jika asal usul seluruh manusia saja berhasil disesatkan, apalagi anak
cucunya. Singkat kata, kesesatan yang di dalamnya juga ada sombong,
takabur, selalu merasa paling hebat, lupa bahwa masih ada Allah, juga
sangat bisa menular kepada manusia sampai kelak di ujung zaman.
Di banyak riwayat, banyak kisah tentang kaum atau umat terdahulu yang
takabur menentang dan memperolokkan hukum-hukum Allah, sehingga
ditimpakan kepada mereka azab yang mengerikan. Kaum Aad, Tsamud, umat
Nuh, kaum Luth, dan Bani Israil adalah sedikit contoh dari bangsa-bangsa
yang takabur dan sombong lalu mereka dinistakan oleh Allah,
senista-nistanya. Karena sifat takabur pula, sosok-sosok seperti Fir'aun
si Raja Mesir kuno, Qarun, Hamaan dan Abu Jahal juga mendapatkan azab
yang sangat pedih di dunia dan pasti kelak di akhirat.
Inilah Sosok Mantan Ketua Para Malaikat Bernama AZAZIL